• Radio dan Pendengarnya


    Radio, salah satu media yang mempresentasikan kontennya menggunakan audio, tanpa visual. Menemani pendengarnya, terutama ketika kita dalam perjalanan. Banyak hal yang dapat kita dengarkan melalui media ini. Ada konten-konten yang kita suka, dan ada yang kurang kita sukai. Sesuai dengan teori Uses and Gratification (Littlejohn, 2008:301) audience aktif memilih media mana yang sesuai dan berorientasi pada tujuan, audience bertanggung jawab untuk memilih media guna memenuhui kebutuhan mereka. Maka dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kita sebagai pendengar, memiliki sebuah filter yang kita gunakan untuk memilih konten mana yang hendak kita dengarkan, dan konten mana yang kita abaikan. Kemudian apa saja faktor yang membuat radio menjadi media pilihan kita untuk mendapatkan informasi atau hiburan? Dan bagaimana perkembangan pendengar radio di Indonesia?

    Dalam perkembangannya, radio memiliki persaingan yang cukup ketat dengan televisi. Televisi menawarkan keuntungan dan atensi dari audience yang lebih besar dari pada radio. Kemudian audience dan advertiser mengikuti progam populer yang ada pada televisi. Stasiun radio pun mencari cara untuk menarik lebih banyak local audience. Mengembangkan konten-konten lokal, seperti rekaman musik, berita, dan talkshow. Todd Storz mungkin merupakan penggagas pertama dari Contemporary Hit Radio (CHR) atau lebih dikenal dengan Top 40 pada tahun 1949. Top 40 merupakan format radio yang paling dominan digunakan dari tahun 1950 hingga 1970 (Straubhaar et al., 2011:158).

    Nielsen Radio Audience Measurement (RAM) melakukan survey terhadap lebih dari 8.400 responden berusia 10 tahun keatas di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar, dan Banjarmasin). Waktu mendengarkan radio per minggu, bertumbuh dari tahun ke tahun. Jika di tahun 2014 pendengar radio hanya menghabiskan waktu mendengarkan radio 16 jam per minggunya, hasil ini meningkat terus di tahun 2015 (16 jam 14 menit per minggu) dan tahun 2016 (16 jam 18 menit). (Lubis, 2016).

    Survey tersebut juga menunjukkan bahwa saat ini 4 dari 10 orang pendengar radio mendengarkan radio melalui perangkat yang lebih personal yaitu mobile phone. Media Radio lebih menyasar pendengar lokal dan bersaing sangat ketat dengan internet. Di beberapa kota, seperti Yogyakarta, Bandung, Banjarmasin, Makassar dan Palembang penggunaan radio melampaui internet. Radio masih dianggap sebagai media berbasis komunitas, sehingga pesan komunikasi yang disampaikan disesuaikan dengan pendengar yang lebih spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan penduduk di kota-kota tertentu.

    Radio tidak lagi didengarkan melalui radio tape saja, tetapi ini perilaku pendengar telah berubah menjadi mengedepankan teknologi dan fleksibelitas dalam mendengarkan radio. Radio kini berangkat menjadi media yang lebih personal bagi masing-masing konsumen. Tiga kota terbesar dari konsumen yang mendengarkan radio dari perangkat mobile mereka berada di kota Makassar (69%), Medan (44%) dan Jakarta (38%).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Naiza Rosalia pada jurnalnya yang berjudul Faktor-faktor Penting Daya Tarik Stasiun Radio Bagi Pendengar Radio di Kota Semarang (2012) menyimpulkan bawa terdapat 4 faktor yang merupakan daya tarik stasiun radio bagi pendengar radio di Semarang, yaitu:
    1. Faktor Program Siaran, terdiri dari kualitas pemancar, musik, program games.
    2. Faktor Materi Siaran, terdiri dari penyiar, posisi Brand, Berita, dan Facebook.
    3. Faktor Audio environment terdiri dari efek suara dan feature.
    4. Faktor Brand Activation terdiri dari Radio streaming, off air dan endorser.
    Faktor program siaran meliputi kualitas pemancar, musik, serta program games. Kualitas pemancar merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan. Dengan kualitas pemancar yang baik, pendengar dapat mendengarkan konten siaran dengan jelas dan nyaman. Musik atau lagu yang diputarkan juga hendaknya merupakan lagu yang disukai oleh pendengar. Pembuatan playlist harian juga perlu mempertimbangkan musik-musik apa saja yang muncul di TV karena pemirsanya yang sangat mungkin juga merupakan target audience pendengar radio. Kemudian ada juga games, permainan yang dilakukan oleh penyiar dimana di dalam games tersebut timbul sebuah interaksi dan hadiah yang diberikan.

    Dalam faktor kedua ini, ada penyiar. Penyiar merupakan salah satu elemen yang membutuhkan materi siaran berupa program, informasi iklan, informasi lagu ataupun promosi stasiun radio tersebut, hal ini yang membuat penyiar radio adalah materi siaran itu sendiri. Posisi brand lebih menitik beratkan pada usia brand tersebut. Contohnya, jika radio tersebut masih baru maka penyiar akan mempromosikan radionya agar mendapatkan pendengar. Namun jika radio tersebut baru maka penyiar lebih mengarah ke menjaga agar brand radionya terus diingat oleh pendengar. Berita dan facebook juga dapat dijadikan materi siaran, berita yang diucapkan adalah materi siar begitu juga dengan komentar, pesan, ataupun interaksi yang ada di facebook.

    Selanjutnya ada faktor audio environment terdiri dari efek suara dan feature. Keberadaan efek suara dan feature ini akan memperindah on air. Efek suara digunakan untuk melengkapi drama atau games atau ketika penyiar bercerita tentang sesuatu. Efek suara ini akan membantu pendengar mengvisualisasikan apa yang sedang disiarkan. Feature berisi informasi yang telah direkam terlebih dahulu. Radio hendaknya memiliki variasi efek suara dan feature yang beragam agar tidak membosankan. Contohnya efek suara tepuk tangan, radio diharapkan memiliki lebih dari satu macam efek suara agar tidak monoton.

    Faktor terakhir ialah brand activation. Radio streaming menyiarkan on air yang dilakukan melalui web. Memudahkan pendengarnya sehingga tidak perlu membawa perangkat radio, namun juga bisa melalui internet. Selain itu, kegiatan off air juga termasuk bagian dari brand activation. Kegiatan off air juga menjadi daya tarik karena pendengar dapat bertemu langsung dengan brand radio yang selama ini mereka dengarkan. Kegiatan ini juga dapat menjadi sebuah event agar pendengar dapat lebih mengenal brand radionya, kegiatan apa yang diselenggarakan, dan mengenal siapa yang bekerja di radio tersebut. Kemudian ada endorser. Pihak radio dapat menghubungi orang yang sedang memiliki banyak fans untuk mempromosikan brandnya. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi pendengar karena merasa idolanya yang meminta dia untuk mendengarkan radio tersebut.

    Maka berdasarkan penelitian tersebut, yang dapat dilakukan oleh praktisi radio agar tetap diminati oleh pendengarnya adalah:
    1. Memiliki pemancar berkualitas bagus dan melakukan pengecekan kualitas secara berkala.
    2. Teliti pada lagu yang diputarkan, memperbanyak program request dan lebih sering berinteraksi dengan bentuk games yang variatif dan hadiah yang menarik
    3. Penyiar meng-update dirinya sendiri agar dapat melakukan hal-hal baru sehingga tetap terdengar fresh dan tidak basi.
    4. Program director dan divisi produksi terus mengeksplorasi efek suara yang diperlukan untuk kepentingan siaran radio, dan kreatif membuat feature yang sesuai dengan target pendengarnya.
    5. Hendaknya setiap stasiun radio memiliki link untuk radio streaming dan mempromosikannya.
    6. Endorser. Tim program perlu mencari orang-orang yang memang banyak disukai oleh pendengar ataupun target pendengar untuk ikut serta mempromosikan siaran radio maupun program tertentu, bisa melalui telepon ataupun testimoni yang disiarkan. Bahkan testimoni tersebut dapat dijadikan bahan promosi di surat kabar untuk menarik calon pendengar baru.’

    Daftar Pustaka

    Littlejohn, Stephen W, Karen A.Foss. 2008. Human Communication 9th edition. USA: Thomson Wadsworth.

    Lubis, Mila. Radio Masih Memiliki Tempat di Hati Pendengarnya. 8 November 2017. http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2016/RADIO-MASIH-MEMILIKI-TEMPAT-DI-HATI-PENDENGARNYA.html

    Rosalia, Naiza. 2012. Faktor-faktor Penting Daya Tarik Stasiun Radio Bagi Pendengar Radio di Kota Semarang. Interaksi Vol. 1 No. 1.

    Straubhaar, J., LaRose, R. & Davenport R., 2011. Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, 2011 Update Seventh Edition. Thomson-Wadsworth

  • 0 Komentar:

    Post a Comment

    “Overthinking the process will kill any career in the creative space. You just have to do, not think.”

    – Casey Neistat

    ALAMAT

    Nyutran, Tamansiswa, Yogyakarta

    EMAIL

    bagas@yuniarso.com

    WHATSAPP

    +62 856 XXXX XXXX

    LINE

    ID: bagasyr